Ataksia Cinta

01.30



Lama membeku dalam lemari hardisk, dan lama pula terpenjara dalam lautan kertas kompetisi tulis, (tapi tak sukses) akhirnya kuposting juga cerpen ini,


16.56 WIB,, untuk ke 6 kalinya kulihat jam dinding yang bertengker di kamarku. Kugerakkan bola mata mengarah ke HP yang ada di sampingku, tak ada tanda-tanda pesan atau panggilan masuk dari seseorang. Seseorang yang kutunggu-tunggu dari tadi. Seseorang yang tak pernah kulihat, kudengar  dan tak pernah berbicara dengannya secara langsung, namun mampu membuatku merasakan cinta yang sempurna. Perasaan cinta yang tumbuh seiring keintensitasnya kami berkomunikasi., dialah tempat curhatku satu-satunya, tempatku menumpahkan segala kegalauan hatiku, tempatku menceritakan rangkaian kisah hidupku yang rumit.. Dialah satu-satunya orang yang bisa mengerti aku sejauh perkenalanku dengannya.
Sore itu ku putuskan untuk bersantai di balkon rumah, ditemani sebuah kursi roda, laptop dan HP, kurasakan setiap hembusan angin yang silir menyapaku menembus semua sistem-sistem organku yang telah rusak oleh penyakitku kini. Penyakit yang membuat setiap organ dan sistem organku tak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik, diriku terlihat seperti benda mati, tak jauh berbeda dengan ketiga benda yang setia menemaniku sejak menderita penyakit ini, hari-hariku serasa mati, tak ada sesuatu yang bisa kulakukan, jalan, makan, minum, semua dengan bantuan orang-orang yang selalu siap sedia melayaniku, satu-satunya hal yang bisa kulakukan sendiri hanyalah menuliskan semua kisah yang kualami dalam sebuah laptop. 2 bulan berlalu setelah ku didiagnosa menderita Ataksia, selama itupun ku rasakan setiap perubahan yang terjadi pada dirku, perlahan-lahan, sedikit demi sedikit setiap anggota badanku menjadi kaku, mulut, tangan, bahkan kakiku pun kini tak mampu lagi menyokong tubuh mungilku. Ku tersiksa, ku menderita, kulelah, penyakit degeneratif otak ini mampu membuat semua mimpi-mimpiku
hanya sebuah kisah maya. Kini yang nyata tak ada lagi bagiku, semua telah menjadi maya yang tak bisa kuraih, kugenggam, kunikmati, hanya bisa tuk kurasakan, ku khayalkan dan ku impikan. Serasa hidupku kini berada dalam dunia maya, tak berbeda dengan jalinan pertemananku bersama Giyo. Garindra Rayon Putra (Giyo), Cowok kelahiran Bandung yang kini sedang kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengannya hanyalah perkenalan singkat lewat Facebook.  Kami tak pernah kontak secara langsung, hanya dunia maya dan koneksi jaringan Telkom yang menghubungkan kami. Sejauh ini, aku belum pernah menceritakannya tentang penyakit ataksia yang kuderita,. Aku takut dia akan menjauh jika mengetahui penyakit yang ku derita saat ini. Akupun malu jika harus bertemu dengannya, ku malu dengan semua keterbatasan yang ada pada diriku. Ku malu jika dia harus melihatku, karena ku tak sanggup  jika harus kehilangannya. Aku sadar, betapa besar konsekuensi yang ku dapatkan sejak menderita penyakit ataksia, kehilangan teman, impian, bahkan ku kehilangan masa-masa indah seorang remaja seumurku. Sejak itulah kisah hidupku kini menjadi suram, dalam, gelap dan sunyi.
Hari ini tepat dua hari Giyo tidak menghubungiku, dua hari berlalu tanpa canda dan cerita hidupnya, ku kangen, ku gundah, ku gelisah menunggu setiap detik-detik yang berlalu tanpa dirinya. Ku amati setiap langkah orang-orang dari atas balkon, kurapikan sal ungu yang melilit leherku, semenit kemudian ku buka layar laptop, tak mampu ku melakukannya, Akupun meminta bantuan pada suster disampingku, Akhirnya terbuka juga, kupaksakan jariku memainnkannya, kubaca Wall masuk dari Giyo,,
”giyo, dia membalas Wallku” batinku
Walaupun hanya sebuah balasan Wall, mampu membuat jari-jemariku lincah untuk membalasnya. dengan susah payah ku coba balas Wall darinya, pelan-pelan, sedikit-demi sedikit ku gerakkan jari jemariku merangkai kata-kata untuknya, allhamdulillah bisa. Wall dari Giyo seperti sengatan listrik 24 Volt yang mampu membuat wajah pucatku kini terlihat berseri. Sebuah senyuman manis pun tersungging dari bibir kecilku setelah berhasil membalas wall darinya.
Malam harinya Giyo sms, dia memintaku untuk bertemu, dan ini adalah permintaan ke 3 kalinya, akupun kebingungan untuk membalasnya. Selama ini aku selalu menolak untuk bertemu dengannya.

Terliahat dari layar HPku.

New message from bF Giyo
Ayolah de’, please…!!

Reply
q bingung kak,
Apakh kk tdk menyesal ika nanti bertemu dgnq??
Send to bF Giyo

New massage from bF Giyo
Loh??
Menyesal krna pa??

Reply
Ada satu hal yg kk tdk ketahui ttngq,
Send to bf Giyo

New message from bF Giyo
q tak peduli itu, fisik, materi atw apapn it,,
Aq tdk melihat seseorang dri sisi it,
Selama ini kw baik dgnq, aq merasa dekat dgnmu walupn jrk kita jauh.,
Ayolah,, ketemu yuK!!
Please……!!!

Reply
Baiklh,
Send to bF Giyo

Akhirnya kuputuskan juga untuk menemuinya. Setelah memberikan alamat rumahku padanya, perasaan was-was itupun menghampiriku. Perasaan takut kehilangannya, takut jika dia akan meninggalkanku setelah bertemu dan melihatku. Ku paksakan untuk membuang pikiran-pikiran negativ itu, Ku rebahkan tubuh mungilku diatas ranjang, perlahan-lahan sayutan mataku mengecil, namun perasaan itu belum hilang, perasaan itu terus beradu dalam diriku, hingga pagi tetap ku rasakan.
14.50 WIB, lewat 20 menit dari jam yang ditepati sebelumnya, Giyo belum juga datang. Perasanku semakin beradu tak jelas. Dari arah depan rumahku, terdengar suara bass seorang cowok, kucoba melihatnya dari jauh. Seorang cowok yang memakai kemeja biru dengan menggandeng tas ranselnya memasuki halaman rumahku, kini Ia sedang berbincang dengan penjaga rumah, semenit kemudian dia berbalik ke arahku. Melangkahkan kakinya pelan menuju tempatku berdiam. Aku masih mengamatinya dari jauh, kulihat raut wajahnya yang tampak bingung, aku yakin dia lah Giyo, dari raut wajahnya nampak dia kaget melihatku, seorang cewek ynag memakai switter abu-bau dan sal yang melilit lehernya, seorang cewek yang sedang duduk di kursi roda, dengan wajah pucatnya mengamati dirinya dari jauh. itulah Aku. Anindya Alnantha Ghea (Ghea), cewek kelahiran Bandung, berusia 16 tahun yang kini menderita Ataksia.  

“Huy,, Ghea kan??” Suara bass giyo mengagetkakku,, nampak wajahnya tersenyum padaku.
 “kok bengeong de’,,??” wajah Giyo kembali tersenyum, sambil menarik kursi dan duduk di hadapanku.
Perasaanku semakin tak jelas,, parau suaraku kini terbatah, sulit untuk berucap rasanya melihat wajahnya kini ada di hadapanku,, menggerakkan bibirku sedikit saja semakin sulit kulakukan, jantungku berdetak lebih kencang ketika menyadari dirinya kini di hadapanku, semakin dekat denganku. Gejala ini, ku sadari ini adalah gejala ataksia penyakitku, namun semakin lama semakin aneh rasanya, Dia membuat gejala ataksiaku kini kambuh, lebih dari gejala yang kurasakan sebelumnya, kali ini lebih menyiksa rasanya.
“ehh,,, kakak Giyo ya?”akhirnya keluar juga kata-kata dari bibirku, walau sedikit terbatah-batah. (gejala ataksia)
“bagaimana kabarmu?, baikkan de’?” nampak Giyo yang memperhatikanku
“seperti yang kakak Lihat?” dengan senyuman tipis yang kupaksakan kujawab pertanyaan Giyo itu.
“ Kau cantik, imut, manis, tak kusangka kau lebih cantik dari foto-fotomu loh” Giyo membalas senyumku. Dia terlihat tampan kali ini. Benar-benar tampan.
Perbincanganpun terus berlanjut, kami tampak akrab, kuceritakan kepadanya tentang penyakitku. Giyo tak bermasalah dengan kondisiku saat ini, ia tak bermasalah dengan penyakit yang kuderita, terlihat dari raut wajahnya dia nyaman berada didekatku,, akupun begitu. Berjam-jam kami bersama, tak ada satupun masalah yang rumit mengganggu komunikasi kami, perasaan was-wasku kini tak ada lagi, Giyo benar-benar memahamiku.
“Oh Tuhan, kau baik sekali padaku, di detik-detik penutup risalah hdupku ini, Masih Kau kirimkan aku sesosok pria sempurna, dia benar-benar sempurna Tuhan, Wajahnya manis, senyumnya tak kalah manisnya, dia dewasa, dia dapat memahami dan menerima kondisiku kini. Dengan sedikit keringat yang mengalir dari pelipisnya, tak mampu menutupi kesempurnaanya, dia sempurna dimataku Tuhan, Terima kasih Tuhan” Ucapku dalam hati, saat tak sengaja mendapati Giyo yang memperhatkanku lembut.

Dua hari berlalu sejak pertemuanku dengan Giyo,, Giyo tak kunjung menghubungiku, ku coba membuka fb, dia pun tak sedang Online. “sedang apa kau disana? Berhari-hari kucoba menahan rasa rinduku ini padamu, tak berani kuungkapkan segala kegundahan hatiku saat ini, tak berani pula ku sms, hanya untuk sekedar menanyakan kabarmu,  kau ada dimana?, Apakah kau mengingatku?” batinku terus bertanya-tanya.
Seminggu lewat tanpa kabar darinya, ku mantapakan hatiku untuk sms, sekedar menanyakan kabarnya. Diapun tak membalasnya. Kukirimkan wall dari Fbku untuknya. 3 hari lewat tanpa balsan wall ataupun sms darinya. “Ada apa denganmu??”. Kini hari-hariku kembali suram, gelap tanpa cahaya kisah hidupnya untukku. Tiap malam-malamku sunyi tanpa deringan Hp, tanda pesan darinya, Fb’an pun kini terasa membosankan tanpa wall-wal darinya. Ku tak punya gairah hidup lagi, tak ada penyemanagat setiaku kini,  ku tenggelam oleh penyakit ataksia ini. Jika dulu aku masih mampu berucap dengan jelas, mengetik sebuah sms dengan lancar, entah mengapa akhir-akhir ini, untuk melakukan semua itu sangat sulit bagiku, kurasakan perubahan drastis pada diriku, rambut panjangku kini gugur, sayup mataku mengecil, bibirku kaku, tulang-tulangku dingin, kurasakan aliran darahku yang membeku.  Kini aku mati, mati rasa.

Ku dengar langkah kaki dari arah belakangku, dalam hati ku berharap Giyo yang datang itu, ku coba paksakan badanku berbalik arah. Betapa kecewanya aku setelah melihatnya, yang menghampiriku hanyalah seorang pelayan yang membawa sebuah surat bersampul ungu. Surat itu kini ada dalam genggaman tangan lusuhku, ku amati surat tersebut, ada nama Giyo dibaliknya, dengan semangat ku buka dan membacanya Rangkaian kata dan tulisan indah kini menyapa kedua bola mataku.


Jakarta, 3 Maret 2010
Dear gHea,

Assalamu alikum Wr. Wb
Huy adeku sayang,,
Apa kabar kau hari ini?
Apakah kau m,asih dalam keadaan lusuh, dengan wajah pucatmu itu,? semoga saja tidak, Aku harap kau kini dalam keadaan berseri-seri menatap rangkaian kata-kata dariku ,Aku kangen kamu de’,,
Mungkin kau gelisah karena selama seminggu lebih, aku tak membalas pesan masuk darimu, maafkan aku,  bukan karena aku tak mengingatmu, aku terus mengingatmu, aku tak sedetik pun melupakanmu, bayang wajah imutmu itu terus membayangi dalam setiap aktivitasku.
Kali ini ku sedang bingung de’, aku bingung dengan perasaan ku saat ini, bingung dengan segala tingkah lakuku akhir-akhir ini. Ketahuilah, aku tidak menghubungimu selama seminggu ini, karena selama seminggu itulah aku bingung dengan perasaan ku sendiri padamu. Kau seperti magnet yang tiba-tiba menarikku dalam kisah cinta yang begitu rumit, Kau hadir dalam setiap mimpiku, dan selalu menjadi pemeran utama dalam jalinan cerita mimpi-mimpiku itu, kau sungguh memberikan warna dalam sebuah kisah cinta ku dengan Nanda saat ini. Entah mengapa berangsur-angsur perasaan cintaku padanya menghilang, kau yang menggantikan perasaan itu de’.
Sebelum bertemu denganmu, aku telah merasakkan perasaan ini, peraasan rindu padamu  ,perasaan sepi tanpamu, perasaan takut jauh darimu, dan perasaan takut kehilanganmu. .Setelah bertemu denganmu semimnggu lalu, perasaanku yang dulu kini semakin sempurna, semakin menggebu dan semakin tak tertahan untuk ku ungkapkan, perasaan ini sungguh sempurna. Tak mengerti dengan perasanku sendiri ,tak mengerti dengan diriku sendiri hingga bisa jatuh cinta denganmu sedangkan aku telah memiliki seorang kekasih.
Tahukah kamu jika gejala Ataksiamu kini menyerangku,
Takmampu lagi ku berucap,
Takmampu lagi ku meraba lembut
Takmampu lagi ku melangkah normal
Tubuhku kini remuk oleh cinta, cintamu

Ucapanku samar tak jelas,
Tanganku lusuh tak mampu mengepal
Lankahku gontai tak terarah
Tubuhku kini Lumpuh oleh serangan Cinta Mu,,

Sungguh kau menghacurkan sistem metabolismeku,
Jika kau menderita, karena ataksia yang menyerang sistem sarafmu,
Maka aku kini menderita karena ataksia yang menyerang seluruh sitem organku,,
Hatikupun ikut beradu didalamnya,

Aku terserang ataksia,
Aku ataksia de’..
Ataksia oleh cintamu….
Ataksia cinta ini menyiksaku.
Mulanya ku berpikir bahwa perasaan ku kini padamu hanya sementara, ku coba menjauh darimu selama seminggu dan mengisi hari-hariku bersama Nanda , namun ketahuilah,  seminggu itu pula aku tersiksa tanpamu, tanpa sms darimu, tanpa candamu, dan akupun rindu pada dirimu de’.. Kini ku simpulkan bahwa aku memang telah jatuh, jatuh cinta padamu, dan ini tidak sementara, aku jatuh cinta padamu, dengan segala keterbatasan yang kau miliki. Aku tak tahu apakah kau merasakan hal yang sama dengannku atau tidak, jujur kuakui aku ingin menemanimu, melewati masa-masa hidupmu, menemani dalam setiap aktivitasmu, melihatmu sepanjang sisa umurmu, dan mengamatimu dalam setiap perubahan yang ada pada dirimu..
Akupun bingung apa yang harus ku katakan pada Nanda, aku tahu dia sangat menyayangiku, tak tega aku menyakitinya. Aku sendiri merasa menjadi Cowok bodoh yang terlibat dalam kisah cinta ini, aku tak tegas aku pecundang aku lengah, itulah gambaran diriku saat ini, semua itu karenamu, karena dirimu, karena rasa cintaku ini padamau’. Beri aku waktu seminggu lagi de’, aku ingin memastikan hatiku padamu dan mempersiapakan diriku agar ataksia cinta yang kini mmenyerangku tidak menghancurkan pertemuan kita. Kau tak perlu membalas surat ku ini, kau pun tak perlu sms atau wallan denganku. beri aku waktu untuk menegaskan hatiku dan menyelesaikan setiap masalah yang membebani hatku. Aku sendiri bingung de’.
Maafkan aku yang tak bisa tegas dalam masalah ini, hingga kaupun terssiksa oleh rasa cintaku padamu. Tunggu aku. Karena aku pasti datang untuk memberikan kepastian hatiku padamu.
Wassalam…….



                                                                                Garindra Rayon Putra

Air mataku jatuh membsahi pipi, pelupuk mataku basah tak kuat menahan rasa rinduku padanya. Berbagai perasaan kini beradu dalam diriku, senang, bingung, tak tega, dan sedih. Semua berkecamuk dalam sekali proses. Aku bingung harus bagaimana menanggapi surat dari Giyo, Jika aku boleh jujur,sebenarnya aku senang karena aku tahu jika Giyo mempunyai perasaan yang sama denganku, aku tahu jika perasaan ku padanya kini tidaklah bertepuk sebelah tangan, namun disisi lain aku tak tega jika kak Giyo harus pisah denga Kak Nanda, seorang Cewek yang harus menderita hanya karena keegoisan Cinta ini.

Surat dari Giyo benar-benar mumbuat penyakitku kini semakin parah, semakin sulit rasanya untuk berucap, menggerakkan tanganku, kakiku, kepalakupun terasa berat untuk ku gerakkan, sedikit demi sedikit rambutku gugur, sama seperti bayang wajah Giyo yang perlahan-lahan gugur dalam ingatanku, air mataku jatuh mengingat Giyo, dia benar-benar menyikasaku kini, semakin menyikasaku tenggelam dalam perasaan cinta yang suram, yang tak mungkin untuk di wujudkan.
Kubiarkan surat Giyo jatuh kepangkuanku, air mataku jatuh tak urung henti, kututup mataku, bayang wajah Giyo hadir kembali dalam oatkku, rekaman kisah perkenalan hingga pertemuanku dengannya kini terputar kembali dalam otakku, fungsi otakku kurasakan kembali bekerja kali ini, Ku resapi setiap perjalanan itu,, ku khayalkan setiap bagian dari wajahnya,, senyumnya kurasakan ada didepanku, suaranya kurasakan terdengar lembut di telingaku, kehadirannya kurasakan ada di disampingku kini dan sedang menatapku dengan sebuah senyuman manisnya. Ku Buka mataku pelan,, tak ada,, tak ada dirinya di sampingku, Perlahan-lahan ku rasakan sayup mataku mengecil, kelopak mataku terasa menahan beban yang sangat berat, tampak kabur penglihatanku kini, tubuhku terasa lemah, tak ada lagi gairah hidupnya untukku, aku tenggelam, tenggelam dalam Ataksia penyakitku ini.

“Kini kusadari, gejala-gejala yang kurasakan ketika bertemu denganmu saat itu, bukanlah gejala ataksia penyakit yang kuderita, namun  itu adalah gejala ataksia cinta, seperti yang kau katakan dalam suratmu. Aku terserang ataksia, ataksia oleh cintamu. Ku masih menunggumu Giyo, Ku masih menyimpan Perasaan ini untukmu, ku masih berharap bisa kembali melihatmu. Sisa semangat hidupku untuk mu masih besar, namun sisa umurku untukmu tak besar lagi., aku masih bertahan Untukmu, namun tubuhku tak mampu lagi bertahan untukmu. Jika penyakit ataksia ini tak mampu menahan sisa hidupku untukmu, maka ataksia cintaku ini yang masih menuggumu menghampiriku, untuk kembali merasakan gejalanya, gejala ataksia oleh cintamu. Kerja antagonis setiap sistem dan organ ini semakin menyiksaku, aku tenggelam, tenggelam dalam sebuah penyakit ataksia, ataksia sistem sarafku dan ataksia cintamu”.

SELESAI

Qalamulyuun 

You Might Also Like

0 komentar

I need an editor, leaving your comment please.. ^_^

Popular Posts