Ibrah Ilmu Hatim Al-Asham
22.22
“Jika engkau menginginkan dunia, maka
engkau harus mengetahui ilmunya, jika engkau menginginkan akhirat maka engkau
juga harus memiliki ilmunya, dan jika engkau menginginkan keduanya (dunia dan
akhirat) maka engkau harus memiliki ilmu tentang keduanya” Imam Syafi’i
Ibrah dari Ilmu Hatim Al-Asham:
Hatim Al Asham adalah seorang ulama
besar di zamannya. Sebelum menjadi ulama tersohor dikalangan Zahid, Hatim
adalah murid seorang ulama besar yang bernama Syaqiq Al Balkhi. Suatu ketika Syaqiq
Al Balkhi bertanya kepada muridnya tersebut: “ wahai Hatim, selama
bertahun-tahun engkau mengikutiku, pelajaran apa saja yang telah engkau dapatkan?”.
Hatim kemudian menjawabnya.” Ada delapan perkara Imam”.
Jawaban Hatim membuat gurunya terheran, dalam pikirnya “bagaimana mungkin selama bertahun-tahun
Hatim menimba ilmu kepadanya ia hanya memperoleh delapan perkara”. Ia pun
berkata “ Apakah aku yang salah dalam menyampaikan pesan-pesan baik untukmu
wahai Hatim?, tapi tidak mengapa sebutkanlah delapan pelajaran yang engkau
dapatkan itu”. Hatim pun mulai berkata: “ tidak Imam, namun sungguh delapan
perkara inilah yang menjadikan manusia hidup tenang didunia.
Yang Pertama: Saya melihat bahwa setiap
orang akan mencintai sesuatu, namun realitanya setiap yang ia cintai itu akan
berpisah dengannya ketika ia telah masuk ke liang lahat. Maka Saya jadikan
cintaku ada pada amal baik ku. Maka ia akan mengikutiku sampai ke liang lahat.
Yang Kedua :Saya
melihat di dunia ini, setiap orang akan terbawa pada hawa nafsunya. Orang yang
berhasil menahan hawa nafsunya dari perkara-perkara kemaksiatan adalah yang
paling kuat.
“
dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan (hawa nafsunya).Maka sungguh surga lah tempat tinggal(nya)” [QS.
An-Naziat:40-41]
Ketiga: Setiap orang mempunyai
harta berharga, dan sesuatu yang berharga itu selalu ingin dia jaga. Kemudian
aku teringat pada Ayat dalam Surah An Nahl
“
Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah akan kekal.
Dan kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” [QS AN Nahl: 96]
Karena ketidak
kekalannya, maka akupun memutuskan untuk setiap apa yang aku punya maka
langsung aku titipkan kepada Allah, karena apa yang aku miliki akan lenyap dan
apa yang Allah miliki akan kekal.
Yang Keempat: Di
dunia ini setiap orang akan selalu berlomba. Dalam hal kedudukan, harta,
keluarga, dan penghargaan. Teringatlah aku pada apa yang dikisahkan Ibnu Abu
Malikah,
Dari Ibnu Abu
Malikah berkata “ Pada hari penaklukan
Mekkah, Bilal naik keatas Ka’bah untuk adzan. Sebagian orang berkata ‘apakah
seorang hamba yang hitam itu mengumandangkan
adzan diatas ka’bah?”, sebagian yang lain berkata “jika Allah murka, pastilah
Dia akan mengubahnya’” Maka turunlah QS. Al Hujurat ayat 13
“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah
Maha Mengetahui, Maha Teliti” [QS Al Hujurat:13]
Maka akupun menyimpulkan
bahwa tidak perlulah saya berkejar-kejaran dengan manusia dalam hal duniawi, mencari
penghormatan atau pun penghargaan, namun saya akan lebih berlomba-lomba dalam
melaksanakan perintah Allah dalam hal akhirat. Meningkatkan ketakwaan dan
memperbaiki ibadah-ibadah ku, karena
sungguh yang aku cari adalah keistimewaan disisi Rabbku.
Yang kelima : Setiap
manusia sering saling dengki. Manusia dengki pada sesamanya padahal penghidupannya
masing-masing telah menjadi jaminan Allah seperti yang tertera jelas dalam
firman-Nya:
“Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan” [QS.Az zukhruf:32]
Maka akupun
memutuskan diri untuk berserah kepadaNya. Bukankah Allah yang menurunkan rezeki
seperti kemudian ia memberikan kehidupan untukku.
Setiap penghidupan sudah
ditentukan kadar-kadarnya, seperti rezeki yang telah ditentukan kadarnya, dan
tidak akan habis sampai aku meninggal dunia.
Yang keenam: saya
mengamati didunia ini setiap orang sering saling bermusuhan. Padahal telah
jelas dalam Firman Nya bahwa musuh manusia itu adalah setan
“Sungguh
setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena
sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni
nerak yang meyala-nyala” [QS. Fathir:6]
Maka aku putuskan
untuk menjadikan setan sebagai satu-satunya musuhku
Yang ketujuh : aku
mengambil hikmah dari Surah Hud Ayat 6
“ Dan tidak satupun
mahluk bergerak (bernyawa)di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.
Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya/ Semua (tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)
Namun yang terjadi
sekarang, terkadang manusia dalam hal mencari rezeki sering merendahkan
dirinya, seperti mengemis-ngemis. Seharusnya merendahkan diri hanya kepada Allah
bukan manusia. Mereka tidak yakin pada kebesaran Allah yang menjamin
rezekinya, bahkan setiap hewan melata sudah ditentukan rezekinya.
Dan yang kedelapan
wahai Imam, sungguh betapa sedihnya aku melihat saudara-saudaraku yang masih
menyandarkan dirinya pada ciptaan-Nya. Manusia hari ini sering bertawakal kepada
atasannya, pimpinannya, dagangannya, usahanya, kesehatannya, ataupun pekerjaanya.
Padahal tidak ada jaminan bahwa seorang yang kaya raya saat ini akan terjamin
hidup tujuh turunannya. Begitu pun tidak ada jaminan Ia yang pemimpin akan tetap
memimpin.
Maka saya tawakal kan
diriku hanya kepada Allah SWT. Adapun dagangan,
kesehatan adalah perantara-perantara nikmat Allah yang menghampiriku,
kelak akan diambil olehnya dan wujud tawakalku adalah sikap Ridha pada ketetapan
Allah.”
Tertegunlah Syaqiq Al
Balkhi ,iIlmu yang diperoleh Hatim lebih dari apa yang telah ia sampaikan selama
bersamanya, iapun berkata pada Hatim.
“semoga Allah
merahmatimu wahai Hatim”
Kisah Hatim adalah
kisah dari sebagian ulama yang telah meletakkan akhirat sebagai tujuannya. Dunia
mungkin menyergapnya dengan banyak tuntutan, namun karena akhirat telah ada di
hatinya maka tidaklah ia menjadikan dasar keputusannya adalah apa yang menjadi
nafsunya dunianya semata. Ia melihat fenomena yang terjadi pada manusia, kemudian
mencari solusinya yang jelas dalam Alquran dan Al-Hadist.
Ada
orang-orang yang berdoa untuk dunianya, berusaha untuk dunianya saja maka Allah
memberinya dunia itu, namun dia adalah orang yang merugi, karena kelak di akhirat
dialah yang tidak memiliki apa-apa. Namun diantaranya ada pula yang berdoa
untuk akhiratnya, berusaha untuk akhiratnya, maka berutunglah dia karena dunia
akan menjadi ganggamannya, dan ia memiliki banyak tabungan di akhirat. {tadabbur
QS. A Baqarah:200-201)
Rumah, 13 Oktober 2016
#Qalamulyuun
0 komentar
I need an editor, leaving your comment please.. ^_^