Sajak Rindu

23.18


Aku berkisah akan waktu padamu, sebuah etalase zaman yang berhasil kita pecahkan.
Aku berkisah akan rindu padamu, yang selalu lekat dalam ingatan meski tak nampak dalam kegiatan.
Aku akan berkisah tentang kita yang telah membuat waktu iri pada rindu yang kita ciptakan
Sebuah sajak rindu untukmu, sahabat masa kecilku.

Dear amma,

Kau ingat saat pertama kita bertemu? Jujur aku lupa. Mungkinkah saat kita TK ditempat yang sama?
Kau ingat saat pertama kita berbincang? Jujur aku lupa. Mungkinkah saat pertama kita bermain bersama?
Kau ingat saat pertama kali kita memutuskan untuk berteman? Jujur aku lupa atau mungkin ikrar ini tidak ada.
Kau ingat waktu kita menyadari semua ini? mungkin hari ini, saat aku menulis sajak ini. atau mungkin nanti, saat kamu membaca sajak ini.

Umurku sekitar 4 atau 5 tahun saat pertama kali melihatmu. Aku lupa akan kepastian itu.
Yang aku ingat, aku memilki seorang teman, teman masa kacil.
Teman saat aku menanti jemputan sepulang sekolah.
Teman saat berlari bersama pulang kerumah karena jemputan yang tak kunjung datang.
Teman yang menemaniku saat tak kudapati orang-orang dirumah.
Aku ingat akan sebuah kisah, saat dengan lembutnya kau rangkul aku untuk melewati siang bersama diruahmu. Saat itulah baru kusadari ternyata kita bertetangga.
Mungkinkah sejak saat itu kita lama berbincang?

Kita melewati masa-masa sekolah bersama
TK, SD, SMP,SMA di tempat yang sama
Mungkinkah saat itu ada ikrar sahabat?

Kita memasuki etalase waktu baru saat berumur 18 tahun.
Saat dimana kita diberikan waktu untuk berpisah.
Namun ini sementara,
Kita dipertemukan kembali di universitas bahkan fakultas yang sama.
Tahukah kamu maksud Tuhan menuliskan kisah ini pada kita?
Mungkin Tuhan sedang memberi kita kesempatan.
Kesempatan untuk menyadari bahwa kita memang sahabat.
Tapi pernahkah ikrar sahabat itu kita ucapkan?
Kau mengisi lebih dari setengah hidupku
Waktu yang sangat lama jika dipikirkan.
Banyak waktu kita lewati,
Banyak kisah telah dibuat bersama
Akupun kembali bertanya?
Apakah pernah kita mengucapkan ikrar persahabatan?
Atau mungkin ini memang tidak ada.

Dear amma,
Aku menantikan waktu kebersamaan kita.
Aku menatikan waktu kita duduk berdua, mencurahkan rasa bersama, tentang dia dan dia yang menggrogoti jiwa dan pikiran.
Aku menantikan waktu dimana kita bisa saling tatap sejenak hanya untuk membaca kegalauan akan rasa masing-masing.
Aku menantikan saat kita akan terbawa waktu oleh nikmatnya saling menertawakan.

Aku menantikan itu,
segala kisah yang telah kita rajut, menjadi sebuah maha karya untuk sajak sajak rinduku kali ini.

Dear amma,
mengingatmu,mengingatkan ku pada waktu
Aku menyukai waktu, dengannya aku membuat kisah, dengannya aku merajut mimpi, dengannya ku tuliskan asa dan dengannya kudapati dirimu, sahabat masa kecilku.

Namun disisi lain, akupun membenci waktu
Waktu menghadirkan rindu.
Menghadirkan rinduku akan dirimu
Menghadirkan rinduku akan kisah kebersamaan kita.
Biarkalah kuciptakan sajak rindu ini, yang mampu membuat waktu iri pada rinduku.

Dear Amma,
maaf atas segala kata ‘mungkin’yang banyak muncul dalam sajak ini.
Kuakui aku adalah seorang pelupa. Seseorang yang tak dapat memastikan seberapa banyak kisah yang telah kita rajut bersama. Mungkin karena banyaknya kisah itu. Satu-satunya hal yang kuingat adalah namamu. Ketika menyebutnya, ketika mendengarnya telah membuatku tahu. Bahwa aku mempunyai seorang sahabat. Sahabat masa kecil hingga kini.

Untukmu sahabat kecilku,
Kutuliskan sebuah sajak yang sejak lama mengisi ruang-ruang kerinduanku. Sebuah tulisan yang lahir dari namamu, karena sejak menyebutnya maka kata sahabat lah yang muncul. Hadirmu dalam perjalanan hidupku adalah anugerah. Hadirmu membuka ruang keingintahuanku akan makna kata “sahabat”. Dan dari kisahmu bersamaku kutemukan arti sebuah sahabat.

Persahabatan adalah pembuktian waktu. Pembuktian akan sebuah masa seseorang mampu bertahan dalam kungkungan rasa nyaman terhadap seseorang yang juga nyaman bersamanya. Persahabatan tidak membutuhkan ikrar, karena waktu lah yang menjadikan ikrar itu tercipta. Persahabatan tidak membutuhkan ijab ataupun qabul, karena penempaan sikap dan sifat oleh waktu cukup untuk menjelaskan persahabatan itu. Persahabatan bukan berkisah akan lamanya waktu mengenal seseorang, namun berkisah akan lamanya waktu untuk tetap mengingat masa bersama dan lamanya waktu untuk saling menantikan pertemuan.
Waktu adalah dilema dalam persahabatan, dialah yaang menghadirkan kisah namun diapula yang menciptakan rindu. Dan aku adalah seorang sahabat yang sedang merindu, merindukan sahabat kecilnya untuk kembali membuat kisah.

Catatan penulis:
Ketika mendapati kata “sahabat masa kecil” untuk tema tulisan ini ,yang pertama kali kubayangkan adalah waktu yang telah kulalui. Membuka kembali catatan catatan ada beberapa nama yang muncul, kemudian menghadirkan sebuah rekaman perjalanan hidup. Dan nama “amma” adalah jawabannya.

Qalamulyuun
#OWOPwc

You Might Also Like

0 komentar

I need an editor, leaving your comment please.. ^_^

Popular Posts