Dimensi Halal Haram Cintaku
10.57
Terdengar alunan nada pesan dari handphoneku. Hari yang melelahkan bagiku
ketika harus bergulat dengan layar Handphone kaku ini setiap hari. Jari
jemariku lancar mengoperasikannya. Ku amati layarnya, terlihat nama heDR. Ku buka pesan singkat itu,
rangkaian kata indah kini menyapa. Perkembangan pengetahuanpun terasa berkurang
oleh hadirnya. Setiap malam hanya berangan tentang mimpi yang takkan pernah berujung
tentanganya, hingga ku berada pada titik kejenuhan itu.
Ekspresi diriku datar ketika membaca pesan singkat darinya. Kejenuhanku
padanya telah memforsir habis tenaga. waktu.dan kebebasanku saat ini. Ku
biarkan hatiku tenang kali ini, tanpa dirinya, tanpa bayang-bayang tentangnya,
tanpa angan, tanpa kenangannya. Berhari-hari kucoba menjauhinya. Perasaanku
semakin kacau, bingung, bimbang. Ku kini layaknya Riya Raynunnisa yang sedang terpasung
oleh Cinta seorang Divo Anggara.
00.17 WITA, kuterbangun untuk ke 3 kalinya dalam serbuan hujan malam ini.
Ku coba untuk tertidur kembali, namun beban akan jalinan cintaku dengan Divo
terus menghantui. Karena tak kunjung mampu tidur, kuputuskan untuk browsing
dilaptop yang sedari tadi terpaku menatap kebimbanganku. Malam ini kuputuskan
untuk membuka email, berharap ada seseorang yang mampu menemaniku dan
memberikan solusi atas kegalauan hatiku kini. Ribuan kotak masuk yang sudah
lama tak kubaca menyapa mataku, tak kuhiraukan itu, mataku terus berpencar
hingga terhenti pada sebuah email masuk dari rafieska_gr@ymail.com.
Benakku sontak terhenti membaca alamat email itu.
Garindra ,teman berbagi ku dimasa SMP, satu-satunya teman cowokku yang
telah kuanggap seperti kakak, karena dirinya yang mampu memahami dan mengerti
keadaanku. Bahkan dialah orang pertama
yang membuatku merasakan cinta dalam hati.
Dari layar laptopku
Assalamu’alaikum…
Pa kabar Riy,,
Ganti nope y??
Kok susah banget di hubungi,,
Kirim no. barumu y……
Ada
satu hal yang ingin kusampaikan lewat email ini. Ku harap kau dapat
memahaminya.
3 bulan kita berpisah, entah mengapa seluruh organku terasa ikut
menghilang pula seperti kau yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar apapun. Kau
acuhkanku kini. Kau menghilang, tanpa konfirmasiku, bahkan hanya untuk sekedar
mengirimkanku pesan tentang nomor barumu. apakah kau tak mau lagi bertemu
denganku? Apakah Divo telah mengisi seluruh waktumu, hingga tak ada waktu yang
tersisa untukku.
Jika Divo mengisi seluruh hatimu, maka izinkalah aku untuk menjadi
penyejuknya saja, namun jika Divo hanya mampu mengisi sebagian hatimu,
izinkanlah aku mengisi sisa hatimu itu.
Kutersiksa tanpamu. Ku galau tanpamu, kau nyawa dalam hidupku. Baru
kurasakn setelah jauh darimu, inilah cinta sejati yang tak mungkin terpungkiri
lagi. Cintaku padamu.
Ku kangen Riy…..
Kuharap kau dapat memahami maksud dari kata-kataku tadi.
Jangan lupa bals ya Riy…..
Ku tunggu (setiap hari)
Dengan no.mu…
Wassalam…
Garindra Rafieska
Benakku kini terbujur pasrah didepan
sebuh laptop, selama ini kucoba menjauh darinya agar aku tak terpasung oleh
rasa cinta dalam hatiku padanya, tak kusangka ternyata dia memendam rasa yang
sama untukku. Kucoba acuhkan email masuk dari Andra, walau hatikuku ingin
membalasnya, jiwaku terus mencoba untuk menahannya. Pergulatan hebat diantara
keduanyapun terjadi
hatiku : “kenapa tak membalasnya Riy, jujurlah, kau juga mencintainya”
Jiwaku : “konsistenlah terhadap keputusanmu dulu Riy, kau harus
menjauhinya, toh dia hanya akan menambah bebanmu kini. Masih ada Divo, Riy,,”
hatiku tak mau kalah : “Jika memang kau mencintainya, utarkanlah, dia
menunggumu, apakah kau tega membiarkanya menunggumu,,??”
Jiwaku: “jangan Riy. Jangan……mungkin hatimu sanggup membaginya, namun
ketahuilah aku kini lelah dengan setumpuk masalahmu, jangan ditambah lagi.”
Hatiku : “ Perasaan cinta hanya memanikan peranku sebagai hatimu, aku
merasakan itu, debaran jantung seorang Riya Raynunnisa,,,jangan kau bohongi
dirimu”
Pergulatan itupun tak menemui titik ujung,, hingga pikiranpun harus ikut
bermain didalamnya
Pikiranku : “Selesaikanlah masalahmu dengan Divo terlebih dahulu, jangan
egois, hatimu menginginkannya, namun keputusanmu itu mungkin akan menyakiti
seseorang,bahkan jiwamu kan tersiksa oleh sikapmu sendiri. Perlahan kau
pikirkan masalahmu, selesaikanlah yang terdekat lebih dulu, lalu yang jauh,
selesaikanlah yang datang terlebih dahulu, kemudian yang baru, kau kan menjadi Riya
Raynunnisa yang dewasa dengan penyelesaian masalahmu yang beruntun”
Pikiranku mampu membuka cakrawala kedewasaanku, kuputuskan untuk menerima
nasehat dari pikiranku itu, kuacuhkan email dari Andra, dengan sebuah tangisan
kecil dalam hati.
Keheningan malam terasa sendu di
bawah guyuran hujan deras malam ini, titik air hujan itu terasa menusuk batinku
yang kini telah dingin dan membeku dengan perasaanku sendiri. Browsing dalam
dunia maya, tak mampu menghadirkan resolusi permaslahnku, malah membuat
permaslahanku semakin komplit dengan kisah cinta yang ditawarkan oleh Andra.
Dilema cintapun kini menguasaiku. Saat itu pula kuputuskan untuk shalat Tahajud.
Sergapan dinginnya air kini membasahi sebagian tubuku dikamar mandi. Terdengar nada pesan dari handphone, ku
putuskan untuk melihatnya sejenak.
Dari layar hapeku
New Message from heDR
Kau knpa??
Kucoba bertahan untukmu
Kucoba memahamimu
Kucoba tuk selalu berada di sampingmu
Tapi kau
Seakan tak inginkan itu
Kau acuhkanku
Kau menjauhiku
Kau berubah Riy,,,
Sikapmu padaku membuatku insomnia akhir-akhir ini.
Jika memang ku punya salah, maafkanlah aku
I will Always love u.
kekasihku.
Organ-organ ku kini membeku, bukan karena dinginnya air wudhu yang
membasahinya, akan tetapi pesan singkat dari Divo membekukannya. Sikapku kepadanya
beberapa hari ini mungkin menyakitinya. Aku selalu menjauhinya. Aku pun tak
mengerti dengan sikapku padanya. Entah mengapa berangsur-angsur perasaan yang
dulu menggebu kepadanya kini telah berkurang. Tak ada lagi rasa menggebu itu
yang bisa membuat begitu mengaguminya. Akupun tak mengerti dengan perasaanku
kini padanya.
“apakah aku sejahat itu? hingga
membuat seorang cowok yang kucintai terkatung-katung oleh cintaku?” Batinku
berucap.
Kuletakkan kembali handphone. mencoba untuk tak menghiraukan pesan
darinya. Ku implikasikan niatku, untuk shalat tahajud.
Shalat sedikit menenangkan hatiku yang terpasung oleh perasaanku sendiri.
Pikiranku mulai terbuka, mengingat tugas sekolah, tujuan hidupku, cita-citaku
dan Divo. Ku rangkai kembali perjalan cintaku denganya. Perlahan ku coba
menutup mata. Mataku dapat terpejam, namun otakku tah berhenti bekerja,
hatikupun ikut didalamya. Perjalan cintaku dengan Divo terus terbayang. Jalinan
cinta 9 bulan itu kini tak mampu membuatku tersenyum saat mengingatnya, tak
mampu menggetarkan hatiku saat bertemu denganya, tak mampu membuatku membeku
ada didekatnya. Hatiku kini tak punya perasaan lagi padanya. Kisah
perjalannanku denganya kini tak punya arti lagi bagiku.
“Mengapa??”
“Arrrrrrrghhhhhhh kenapa aku harus tersiksa dengan persaanku sendiri. Aku
bosan dengannya. Aku bosan dengan perjalan cinta ini, aku jenuh dengan kisah
cinta yang datar seperti ini. Ya Allah apakah ini memang jawaban atas doaku
padaMu?” batinku terus berucap.
01.19 WITA. Mataku belum bisa
terpejam pulas. Begitu pula otakkaku yang tak henti untuk memikirkan hubunganku
dengan Divo. 9 bulan perjalan cinta kami hanyalah diisi dengan hal-hal yang
datar, suatu kisah yang takkan punya titik akhir dan diselimuti nafsu
didalamnya. Kucoba untuk tak mengikutkan nafsuku kali ini, hati dan pikiranku
harus ikut dalam pergulatannya. Rekaman kisah perjalanan cinta itu terekam
kembali dalam benakku. Perlahan kucoba memainkan peran hati dan pikiranku,
tanpa nafsuku. Hingga ku peroleh suatu keputusan. Suatu perjalan cinta masa
remaja yang tak memiliki keuntungan. Hanyalah kebodohan didalamnya. Kisah cinta
masa Remaja tak pantas untuk dilanjutkan. Harus dihentikan. Terlalu banyak
dosa, kenistaan, kemunafikan dan kebodohan didalamnya. Kerugian yang begitu
basar yang didapat. Suatu tindakan haram yang dilakukan. Menjalin kisah cinta
masa Remaja adalah Kebodohan.
“Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah. Ku telah disutradarai oleh
rasa cinta itu, tindakanku, pemikiranku telah terkurung dalam perasaan cinta
itu, ku tenggelam, hanyut oleh arusnya hingga mata batinpun tak mampu
melihatnya. Bahkan nilai-nilai Islam yang kujunjung tinggi telah dimusnahkanya,
Oh Tuhan,…..Betapa bayanknya keharaman yang telah kulakukan” batinku
Pemikiran itu membuatku sadar akan tindakanku selama ini, semuanya adalah
sebuah kebodohan, tak ada nilai-nilai islam seperti yang kujunjung tinggi
selama ini, hidupku hanyut dalam derasnya arus cinta yang mengubah segalanya.
Hatikupun kini bulat ingin mengakhiri kisah cinta ini.
***
Kuterohkan 900 leherku, nampak Divo yang terbujur kaku di sudut
perpustakaan itu, setelah beradu argumen denganku. Namun hatiku tetap bulat
ingin mengakhirinya. Jujur ku tak tega melihatnya, melukainya dengan sikapku
namun tak dapat kubohongi diriku sendiri bahwa ku kini tidak mempunyai perasaan
lagi padanya. Mungkin dia punya sejuta perasaan untukku, namun cintanya tak
pantas aku terima, karena cintanya telah mampu membutakaknku selama ini.
Melupakan Tuhanku, agamaku, keluargaku, teman-temanku dan mimpiku yang terus
kuperjuangkan, hilang dan menjauh oleh
hadirnya.
“maafkan aku, jika kau tersiksa dengan keputusanku, akupun tersiksa
dengan perasaan cinta yang telah membodohkanku selama ini” Batinku.
***
Sepenuhnya, perasaanku kini belum dapat bebas, ada satu hal yang sejak
malam tadi membebaniku, namun berusaha mengacuhkanya, Garindra Rafieska, nama
itu tiba-tiba muncul dalam otakku. Ungkapan kata-nya dalam sebuah email semalam
mampu menjelaskan bahwa sesungguhnya dia memiliki hasrat untuk terus bersamaku,
kejujuran dalam hatiku pun berbicara
“sesungguhnya akupun memiliki persaan itu Andra,,bahkan persaan ku itu
telah ada sejak SMP, namun berusaha ku tahan, dan ku acuhkan”
Kumantapkan hatiku untuk mencerna, menilai dan mengambil keputusan yang
takkan merugikanku, kuputar otak ini, sesekali tertegun dalam kediaman,
mengingat wajahnya, dirinya, tingkah lakunya, hatiku sungguh ingin bersamanya.
Sekeras hatipun jiwaku tak mau kalah, tak ada satu maslah yang mampu membuatku
menolaknya hadir dalam hidupku, rasa ini memang mengaguminya. Tiba-tiba alunan
nada pesan masuk hanphone mengagetkanku,
Dari layar handphoneku
New messge from heDR (nama Divo yang belum sempat kuganti)
Seberapa kuatnya,
Kerasnya hatimu ingin
meninggalkanku,
Dalam sudut kediaman ini
Kukan menunggu
Menunggumu.
Sebagai seorang cowok
Yang takkan mampu lepas dari bayang-bayang
dirimu,
Kau mampu melupakannku,
Ku takkan mampu melakukan itu,
Kau mampu mengacuhkannku,
Kutakkan mampu melakuaknnya,
Kukan bertahan,
Menahan dan mampu tuk ditahan
Ditengah derasnya ombak keegoisanmu
terhadapku,
Kerasanya hatimu kini.
Kan kulunakkan dengan kesabaran
yang ku punya,
Hingga kau kan menerimanya kembali,
Sebuah cinta sempurna untukmu.
Riya Raynunisa
Takkan hilang, musnah dalam
benakku.
Senyuman tipis nampak jelas dari raut wajahku ketika membaca pesan
singkat itu. Jika ketika bersamanya, pesan-pesan romantis Divo mampu membuatku
malayang-layang dalam duniaku sendiri, sekarang pesan itu hanyalah noda dalam
hidupku, yang tak mampu membuatku mengalami perubahan tindakan, dan pemikiran.
Niatku bulat ingin mengakhirinya, diriku tak mau jika harus memulainya kembali.
Mungkin aku adalah seorang cewek yang jahat, namun semuannya adalah sebagaian
pengorbanan kecilku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pesan dari Divo tak
kuhiraukan, bahkan membalasnya pun tidak. Hatiku tak ingin lebih lama mendengar
keromantisan yang mampu membuatku luluh kembali padanya. Kumainkan kembali
peran hati dan pikiranku, perlahan ku cerna hasrat yang menggebu kini untuk
Garindra Rafieska. Hasrat itu adalah sebuah permainan nafsu dalam diriku
sendiri yang terlalu mudah jatuh cinta. Nafsu itu kini menguasaiku, memainkan
sebagaian fungsi dari organ-organku, pemikiran-pemikiran mampu menahanya tak menjelma
menjadi suatu tindakan naif, namun tak memiliki ujung resolusinya. Tak ingin tenggelam dalam kisah cinta dan ku
terbawa oleh arus keharamannya. Akhirnya kubulatkan tekad mengirim email balasan
untuk Andra, walaupun aku sendiri belum mengetahui apa yang kak kukatakan
padanya.
Ketikan jari jemariku
Assalamu alaikum,
Kabarku baik, setidaknya lebih baik dari malam saat membaca email
masuk darimu.
Maafkanku yang baru membalas email darimu
Maafkanku ku juga yang telah menghilang darimu, sejak perpisahan di
SMP itu, aku punya alasan logis yang tak
mungkin ku utarakan padamu. Maafkan aku.
Rangkaian kata dalam emailmu, sungguh indah. Dampaknya bagaikan sihir,
membukakan pintu-pintu hatiku yang tertutup, menembus relung hati, meresap
masuk kedaalm potensi yang terpendam dalam diriku, hingga mampu membuatku
terpaku lama menatapnya. Tak kusangka kau pandai merangkai kata-kata itu,
ataukah itu hanyalah kutipan dari salah satu buku yang kau baca?
Kau salah jika menilai waktuku habis untuk Divo, kau salah jika
menganggap hatiku telah terisi penuh olehnya. Kau salah besar. Hubunganku dengannya
telah berakhir. Bersamanya kutelah banyak kehilangan, bersamanya pula kutelah
jauh ditinggalkan, rasa cintanya membuatku terkubur dalam duniaku sendiri.
Kau menginginkan mengisi hatiku yang kini kosong tanpa seorang cowok,
maafkanlahku, hatiku memang kosong oleh seorang cowok, namun kini telah terisi
penuh oleh rasa cintaku pada Tuhanku, Agamaku, Keluargaku, dan temanku, kau
masuk salah satu dari teman-temanku itu.
Kupernah melakukan suatu kebodohan dalam hidupku dengan manjalin
hubungan pacaran, tak ingin ku mengulanginya, maka ku putuskan untuk menerimamu
sebagai seorang teman. Karena memilkimu lebih dari teman, adalah haram bagiku.
Jika kau
bahagia dengan hidupmu kini,,,
Hidupmu yang
penuh dengan fatamorgana cinta
Kebutaan,
Kemunafikan,
Kebodohan,,
Kau adalah
orang yang merugi.
Tak kau
sadari kau telah melakukan dosa besar,
Dosa yang dapat
menyeretmu sendiri ke neraka
Dosa yang kau
nikmati,
Dan dosa yang
terus kau biarkan
Ku akui ku
tak sesempurna itu,
Ku pun pernah
melakukan dosa itu,
Perlahan ku
tinggalkan, dan tak ingin mengulanginya
Hingga
kudewasa kelak,
Hingga Tuhan kan menentukan orang dan
waktu yang tepat untukku
Tanpa
kebimbangan halal haramnya..
Kau belum
menyadari itu,
kaupun belum
bisa menghindari itu,
Karena kata
cinta yang selalu membutakan hatimu
Karena rasa
ingin yang memenuhi hasratmu.
Kini haram
dan halalpun sama bagimu
Astagfirullah……
Sesungguhnya
keharaman itu selalu ada,
Sesungguhnya
ke halalpun itu ada
Jika kau
bersabar,
Maka yang
harampun kini,
Kelak kan menjadi halal
untukmu.
Bersabrlah
hingga waktu yang ditentukan Tuhan untukmu tepat.
Ketahuilah,
iman itu setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah rasa syukur.
Ku ingin
menyempurnakan keimananku itu,
Jika ku telah
mampu bersyukur dengan nikmat Tuhan kepadaku, kan kusempurnakan imanku dengan
kesabaran menunggu, hingga seseorang yang kucintai menjadi halal untukku.
Ku yakin kau
mampu mencernanya dengan sempurna,
Maksudku
takingin menyakitimu
Takingin pula
mehancurkan rasa cintamu itu,
Kuhanya ingin
menyelamatkanmu dari sebuah kenistaan cinta, dari sebuah dimensi cinta yang tak
jelas saat ini, halal dan haramnya.
Wassalam
Riya
Raynunnisa.
Send.
Gerakkan itu terlintas cepat tak terekam jelas, tak sempat kubaca ulang email
itu, untaian kata-kata itu keluar spontan olehku. Jika Ku katakan Ku tak
mencintai Andra, maka kebohongan besarlah yang telah kulakukan, Jauh dalam lubuk
hatiku, aku sungguh mengaguminya, ingin memilikinya, ingin bersamanya, dan
ingin ada dalam hidupnya. Namun akal pikiranku mampu mencerna nafsu sesat itu
dengan baik, dan mengarahkan tindakakanku agar tak jatuh kedalam sumur
keharaman.
Dalam benakku berucap
“Mengagumimu adalah suatu kehalalan, namun memilikimu kini adalah suatu
keharaman, Jika melihatmu sejenak adalah kehalalan, maka berdua denganmu adalah
suatu keharaman. Dimensi halal dan haram cintaku akan terus menjaga hatiku, mecerahkan
pikiranku hingga mampu mangarahkan tindakakku menanggapi cinta yang datang”
Selesai
#Qalamulyuun
^^ Jazzakumullah
0 komentar
I need an editor, leaving your comment please.. ^_^